Kamis, 08 November 2012

Candi Simangambat dan Hindu Buddha di Sumatera


Sejarah Pengaruh Hindu Budha di Sumatera Berdasarkan temuan Candi Simangambat


Kadātuan Śrīwijaya dikenal sebagai sebuah kerajaan yang mengembangkan ajaran Buddha, khususnya Buddha Mahāyāna. Berbagai tinggalan budaya yang menunjukkan identitas tersebut banyak ditemukan di Sumatra, seperti runtuhan bangunan stūpa, arca-arca Buddhis, dan atribut lain. Pusat pemerintahan kerajaan ini pada masa awal berdirinya sampai masa kejayaannya diduga berlokasi di kota Palembang sekarang. Banyaknya temuan prasasti dan arca-arca Buddha di Palembang, merupakan suatu bukti kuat yang mengarah pada lokasi pusat kerajaan.
Kadātuan Śrīwijaya selain dikenal sebagai pusat pengajaran Buddha, dikenal juga sebagai sebuah kerajaan maritim dan perdagangan yang banyak berhubungan dengan kerajaan lain di Nusantara (Jawa) dan di daratan Asia (Tiongkok, Angkor, Dwarawati, India, Persia, dan Arab). Akibat dari kerapnya intensitas hubungannya dengan kerajaan-kerajaan lain, tidak mustahil beberapa unsur budaya dapat masuk dan berkembang di Kadātuan Śrīwijaya. Salah satu unsur budaya yang ada di Kadātuan Śrīwijaya adalah agama.
Aktivitas keagamaan pada masyarakat di wilayah Kadātuan Śrīwijaya bukan hanya agama Buddha Mahāyāna saja, agama/ajaran lain juga berkesempatan untuk berkembang. Buktibukti arkeologis berupa arca batu yang mewakili agama Hindu dan Tantris, juga ditemukan di wilayah Kadātuan Śrīwijaya. Di Palembang, selain ditemukan arca Buddha juga ditemukan arca Hindu yang berupa arca Ganeśa (abad ke-9 Masehi)1 dan arca Śiwa. Ini membuktikan bahwa di Śrīwijaya terdapat juga kelompok masyarakat pemeluk ajaran Hindu yang hidup di antara kelompok masyarakat pemeluk ajaran Buddha. 
Aktivitas selanjutnya berlangsung pada sekitar abad ke- 10--12 Masehi, yaitu mulai
masuknya aliran Tantris. Bukti masuknya aliran ini dapat ditemukan di Situs Percandian Bumiayu (Sumatra Selatan). Dari situs ini selain ditemukan runtuhan-runtuhan bangunan, ditemukan juga arca-arca yang bersifat tantris dan prasasti yang digoreskan pada lembaran emas suwarnnapattra.
Dalam sejarah perkembangannya yang disertai juga dengan bukti-bukti arkeologis yang ditemukan di Sumatra, dapat dilihat bahwa ajaran Buddha mengalami suatu perkembangan. Data arkeologis menunjukkan bahwa pada mulanya masyarakat di Sumatra memeluk ajaran Buddha Hīnayāna, kemudian berkembang menjadi Buddha Mahāyāna. Akibat adanya pengaruh Hindu dan Buddha itu sendiri, ajaran Buddha Mahāyāna berkembang menjadi Buddha Tantrayāna atau Wajrayāna.
gambar candi-candi simangambat 
Dari bukti-bukti arkeologis yang ditemukan di wilayah Sumatra, dapat diketahui bahwa
tinggalan budaya masa lampau yang menunjukkan tinggalan ajaran Tantrayāna atau
Wajrayāna yang menempati areal terluas ada di Padang Lawas (Sumatra Utara). Namun, di antara tinggalan Tantrayāna atau Wajrayāna tersebut, ada juga tinggalan ajaran Hindu. Beberapa kompleks percandian di areal Padang Lawas menunjukkan bukti-bukti tersebut, seperti tinggalan di Simangambat, Bonan Dolok, Porlak Dolok (Schnitger, 1937: 14--15, 17). Meskipun Biaro Bahal II diindikasikan sebagai tinggalan pemujaan ajaran Tantrayāna atau Wajrayāna, namun ada juga indikator ajaran Hindu di biaro ini, terbukti dari pada tahun 1980-an ditemukannya sebuah arca Ganeśa di antara runtuhan bangunan biaro. Demikian juga dengan situs Biaro Bara yang memberikan petunjuk adanya sisa pemujaan Hindu dengan ditemukannya sebuah yoni. Jika dibandingkan dengan tinggalan Tantrayāna atau Wajrayāna di Padang Lawas, jumlah dari tinggalan Hindu ini tidaklah banyak.

 Kesimpulan

Candi Simangambat merupakan candi Hindu di wilayah Sumatera Utara terutama di bagian selatan.  Dengan ditemukannya arca Nandi pada Candi Simangambat dan arca Ganesha di Porlak Dolok menggambarkan adanya unsur Hindu di wilayah itu. Meski pada arca Ganesha di Porlak Dolok terdapat angka tahun 1213 M, akan tetapi belum dapat dipastikan apakah arca tersebut adalah semasa dengan Candi Simangambat. Keberadaan tinggalan Hindu ini merupakan bukti keberadaan agama Hindu di antara padatnya temuan agama Budha di wilayah Sumatra Utara bagian selatan. Teknologi dalam konstruksi candi menggunakan  sistem batu isian adalah sama seperti yang ditemukan pada candi-candi tua di Jawa Barat (Batu Jaya ) dan Jawa Tengah (Kedulan) abad ke- 9 Masehi. Gaya seni yang terdapat pada relief makara dan kala berbeda dengan yang ada di biaro-biaro Padang Lawas pada umumnya, memberikan kemungkinan Candi Simangambat berasal dari masa yang berbeda dengan biaro-biaro itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar